Video Discription |
835 tahun yang lalu, tepatnya pada 2 Oktober 1187, umat Islam bersukacita, terutama yang tinggal di wilayah Al-Quds (Yerusalem). Setelah 88 tahun terpenjara di tanah sendiri di bawah kekuasaan pasukan Salib, datanglah pahlawan yang membebaskan Baitul Maqdis dari penjajahan. Ia adalah Shalahuddin Al-Ayyubi, seorang panglima perang pemberani dan bijaksana, kunci pembebas Baitul Maqdis dari pasukan Salib
Wahai Al-Quds … Wahai Kotaku
Wahai Al-Quds … Wahai Cintaku
Esok hari, akan mekar tanaman-tanaman lemon
Bulir-bulir padi yang menghijau dan pohon zaitun berbahagia
Dan banyak mata tertawa
Merpati yang bermigrasi akan kembali
Ke atap rumah yang suci
Anak-anak yang bermain akan pulang
Para ayah akan berjumpa dengan anak-anaknya
Di bukit-bukitmu yang berbunga
Wahai Negeriku …
Wahai Negeri Zaitun yang Damai
(Al-Quds, Nizar Qabbani)
Shalahuddin Al-Ayyubi lahir di Benteng Tikrit, sebuah kota tua di tepian Sungai Tigris, pada tahun 1137 M (523 H). Nama aslinya adalah Abul Muzhaffar Yusuf bin Najmuddin Ayyub bin Syadzi, sementara Shalahuddin yang artinya ‘Keadilan Agama adalah gelar kehormatan yang diberikan atas jasa-jasanya. Orang tuanya berasal dari Azerbaijan dan merupakan keturunan suku Kurdi yang memiliki nasab baik dan terhormat.
Ketika Shalahuddin lahir, ayahnya yang bernama Najmuddin Ayyub sedang menjabat sebagai penguasa Benteng Tikrit. Nahasnya, hari kelahiran Shalahuddin bertepatan dengan pemecatan dan pengusiran ayahnya dari Tikrit oleh penguasa Baghdad kala itu karena saudaranya membuat masalah. Sempat terlintas di benak ayahnya untuk membunuh Shalahuddin yang baru lahir karena dianggap membawa kesialan. Akan tetapi, ia segera mengurungkan niatnya. Siapa sangka, anak yang dulu hendak disia-siakannya itu, bertahun tahun kemudian tercatat di dalam sejarah sebagai seorang pahlawan.
Setelah terusir dari Tikrit, Najmuddin membawa keluarganya perg, tanpa arah dan tujuan. Mereka sempat melewati wilayah Mosul (Irak), dan memutuskan beristirahat dahulu sebelum melanjutkan perjalanan. Saat itulah takdir baik menghampiri Najmuddin. Ia bertemu dengan Imaduddin Zanki, yang menjabat sebagai Sultan Mosul. Imaduddin mengenali Najmuddin karena ia mengingat bahwa saat dulu ia dikejar-kejar tentara Baghdad, Najmuddin yang membantu menyelamatkannya.
Singkat cerita, Najmuddin dan keluarganya mendapat bantuan dari Imaduddin. Tidak hanya memberikan tempat tinggal, Imaduddin juga memberikan sebidang tanah pertanian di Mosul dan jabatan di pemerintahan untuk Najmuddin. Imaduddin memperlakukan keluarga Najmuddin dengan baik, bahkan hingga ia wafat dan digantikan oleh putranya, Nuruddin Zanki.
Ketika Shalahuddin masih kecil, Nuruddin Zanki menaklukkan wilayah Baalbek (Lebanon) kemudian mengangkat Najmuddin, ayahnya Shalahuddin, sebagai gubernur di sana. Shalahuddin kecil juga mengikuti ayahnya pindah ke Baalbek dan menetap di sana sejak usia dua sampai sembilan tahun. Shalahuddin mendapat kualitas pendidikan setara dengan anak penguasa atau raja, hingga membentuk kepribadiannya menjadi disiplin, tangguh, dan berakhlak mulia.
Dari Baalbek, Shalahuddin kemudian pindah lagi ke Damaskus. Shalahuddin mendapatkan pelajaran membaca, menulis, menghafal Al-Qur’an, Fiqh, kaidah bahasa Arab (nahwu), dan syair. Selain itu, Shalahuddin juga belajar tentang strategi perang bersama para tentara. Ia juga berlatih melempar tombak, menunggang kuda, berburu, dan keahlian perang lainnya. Pelajaran-pelajaran tersebut membuat Shalahuddin tumbuh menjadi seorang pemuda yang cerdas, kuat, dan bijaksana.
Shalahuddin pertama kali terlibat dalam perang pada 1163 M, saat usianya 26 tahun. Saat itu, ia dikirim ke Mesir karena situasi sedang kacau akibat konflik internal dan ambisi pasukan Salib yang ingin menguasai Mesir. Melihat potensi yang ada di dalam diri Shalahuddin muda, pemerintah Mesir kemudian memberikan Shalahuddin jabatan sebagai pemimpin keamanan wilayah Mesir, kemudian diangkat menjadi wazir Mesir ketika usianya 30 tahun, dan menjadi penguasa Dinasti Ayyubiyah di Mesir pada 1171 M.
Sepanjang masa pemerintahannya, Shalahuddin Al-Ayyubi telah berhasil membuka sejumlah wilayah, di antaranya Irak, Suriah, Yaman, Maroko, Damaskus, Aleppo, Mosul, dan pesisir pantai Afrika Utara. Ia juga melakukan pengembangan-pengembangan sehingga membuatnya diberikan julukan Al-Mu’iz li Amiril Mukminin (Penguasa yang mulia) dan Sultanul Islam wa Muslimin (Pemimpin umat Islam dan orang Muslim).
Di antara penaklukan-penaklukan yang berhasil Shalahuddin capai, salah satu yang termasyhur adalah penaklukan Baitul Maqdis. Pada saat itu, Baitul Maqdis berada di bawah kekuasaaan pasukan Salib dan kondisi umat Islam di Baitul Maqdis sangat mengenaskan.
BAGI YG MEMBUTUHKAN BUSANA MUSLIM :
https://www.youtube.com/channel/UCTWu0Wiy9_f-TmHJhJzaEZw
https://www.youtube.com/channel/UCtcC4tezsczheAlTU6D_xmA
https://www.instagram.com/aqilahfashion_niyah/?hl=id TA49QCP0h2g |